"Innalillahi Wainnailaihi Rojiun". Entah sebenarnya apa yang diirencanakan oleh yang Maha Kuasa. Gempa bumi kembali mengguncang wilayah Aceh untuk yang kesekian kalinya beberapa hari silam. Anehnya menurut berita yang beredar, gempa tersebut meeupakan gempa kembar yang langka. JAKARTA - Presiden atau Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Rovicky Dwi Putrohadi mengatakan bahwa gempa seperti yang terjadi di Aceh pada Rabu (11/4/2012 sebenarnya jarang terjadi.
"Gempa kemarin terjadi di dekat NER (Ninety East Ridge). Gempa jarang sekali terjadi di daerah ini," kata Rovicky saat dihubungi Kompas.com , Kamis (12/4/2012). NER adalah jejak perjalanan lempeng samudera Hindia ke arah utara sejak 71 juta tahun yang lalu. NER berupa punggung laut yang memanjang 5.000 km dari Teluk Benggala ke selatan hingga tenggara India Ridge.
Rovicky menuturkan bahwa dahulu gempa banyak terjadi di sepanjang NER. Namun saat ini gempa relatif jarang terjadi. Bisa dikatakan, zona ini sudah inaktif atau disebut aseismik.
"Jarang tejadi karena lempengnya bergerak lurus dan paralel, relatif lebih 'licin'. Jadi tetap bergerak, tapi tidak menimbulkan gempa," jelas Rovicky.
Oleh karena itu, Rovicky berpendapat, terjadinya gempa Rabu kemarin tak lepas dari gempa Aceh 2004 lalu. Menurut Rovicky, gempa Aceh 2004 memberi tekanan pada wilayah bagian selatan Aceh sehingga terluapkan dalam bentuk
gempa kemarin. Tercatat, gempa merupakan gempa kembar dengan
kekuatan 8,5 Skala Richter dan 8,1 Skala Richter, diikuti sejumlah gempa susulan terjadi di daerah tersebut kemarin. Gempa mengakibatkan tsunami kecil setinggi 1 meter di Nias, 80 cm di Meulaboh, dan 6 cm di Sabang.
Dengan terjadinya gempa diluar zona yang tidak terduga itu, hal tersebut berarti bahwa setiap gempa yang terjadi di laut tetap
perlu diwaspadai.
Lokasi gempa berkekuatan besar tak langsung bisa diketahui apakah di daerah berpotensi tsunami yang
sudah banyak ahli peekirakan maupun yang tidak.
Dikutip dari KOMPAS.COM
"Gempa kemarin terjadi di dekat NER (Ninety East Ridge). Gempa jarang sekali terjadi di daerah ini," kata Rovicky saat dihubungi Kompas.com , Kamis (12/4/2012). NER adalah jejak perjalanan lempeng samudera Hindia ke arah utara sejak 71 juta tahun yang lalu. NER berupa punggung laut yang memanjang 5.000 km dari Teluk Benggala ke selatan hingga tenggara India Ridge.
Rovicky menuturkan bahwa dahulu gempa banyak terjadi di sepanjang NER. Namun saat ini gempa relatif jarang terjadi. Bisa dikatakan, zona ini sudah inaktif atau disebut aseismik.
"Jarang tejadi karena lempengnya bergerak lurus dan paralel, relatif lebih 'licin'. Jadi tetap bergerak, tapi tidak menimbulkan gempa," jelas Rovicky.
Oleh karena itu, Rovicky berpendapat, terjadinya gempa Rabu kemarin tak lepas dari gempa Aceh 2004 lalu. Menurut Rovicky, gempa Aceh 2004 memberi tekanan pada wilayah bagian selatan Aceh sehingga terluapkan dalam bentuk
gempa kemarin. Tercatat, gempa merupakan gempa kembar dengan
kekuatan 8,5 Skala Richter dan 8,1 Skala Richter, diikuti sejumlah gempa susulan terjadi di daerah tersebut kemarin. Gempa mengakibatkan tsunami kecil setinggi 1 meter di Nias, 80 cm di Meulaboh, dan 6 cm di Sabang.
Dengan terjadinya gempa diluar zona yang tidak terduga itu, hal tersebut berarti bahwa setiap gempa yang terjadi di laut tetap
perlu diwaspadai.
Lokasi gempa berkekuatan besar tak langsung bisa diketahui apakah di daerah berpotensi tsunami yang
sudah banyak ahli peekirakan maupun yang tidak.
Dikutip dari KOMPAS.COM
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik, sopan, bijak dan membangun demi kepentingan bersama.